Kamis, 08 Desember 2016

PROPOSAL PTS

ABSTRAK
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEBAGAI MOTIVASI PERBAIKAN PELAYANAN  PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 4 SURANADI TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Oleh
I GUSTI LANANG SUKARTA


Kenyataan yang terjadi Sekolah Dasar Negeri 4 Suranadi. Banyak guru yang menyelesaikan pendidikan strata satu, intensifnya supervisi kolaborasi yang dilaksanakan Kepala Sekolah  pada tanggal 12 Pebruari 2015. Menunjukan hasil bahwa guru di SD Negeri 4 Suranadi perlu mengembangkan keprofesionalanya untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada oran  tua siswa. Dari hasil open kelas ditemukan permasalahan bahwa kegagalan guru dalam menyusun karya ilmiah terutama disebabkan karena tidak adanya pendampingan dari atasan. Dari  latar diatas dapat dirumuskan masalah yaitu. Bagaimana pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015 ?. Bagaimana efektivitas pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015 ?. Jenis penelitian ini yaitu  Penelitian Tindakan Sekolah  ( PTS )  dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan,(2) tindakan,(3) pengamatan,(4) refleksi. Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut : Pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015, menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putaran ( Siklus ). Aktivitas dalam kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan   menunjukan bahwa seluruh guru  dapat memaksimalkan  kemampuan profesionalnya dengan baik dalam setiap aspek.

Kata Kunci:  Pemantapan Kemampuan Profesional




I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
               Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang berimam dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepraibadian yang tetap dan mandiri serta memiliki rasa bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan ( UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 )
               Pendidikan Nasional memiliki visi untuk mewujudkan sistem pendidikan sebagai perantara social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehinggamampu dan proaktif dalam menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan ”Misi Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan professional kualitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan ketrampilan dan pengalaman sikap dan nilai berdasarkan Standar Nasional dan Global” ( Muslich, 2007 : 2 ).
                        Peranan guru sangat menentukan dalam usaha meningkatkan mutu Pendidikan Nasional. Untuk itu sebagai agen pembelajaran, guru diharapkan untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam rangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembengunan dibidang pendidikan. Oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai propesi yang bermanfaat. Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen belajar berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik guru wajib untuk memiliki syarat tertentu salah satunya kompetensi.
               Peningkatan mutu pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan diseluruh wilayah Indonesia telah dilakukan. Guru-guru talah membentuk suatu kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan runtin atau berkala  dalam kegiatan kerja kelompok guru ( KKG ). Demikian juga halnya, Kepala  Sekolah di Gugus VI Kecamatan Narmada secara berkala selalu mengadakan pertemuan untuk meningkatkan mutu pendidikan, serta merupakan penyambung kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, diharapkan mampu membimbing guru-guru pada setiap sekolah. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas diperlukan adanya guru yang professional yaitu guru yang memiliki kemampuan dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, nilai dalam jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menegah ( UU RI No 14 Tahun 2005 ).
         Kenyataan yang terjadi Sekolah Dasar Negeri 4 Suranadi. Banyak guru yang menyelesaikan pendidikan strata satu, kegiatan KKG yang tetap aktif, banyaknya penataran yang melibatkan guru, intensifnya supervisi kolaborasi yang dilaksanakan Kepala Sekolah  pada tanggal 12 Pebruari 2015. Menunjukan hasil bahwa guru di SD Negeri 4 Suranadi perlu mengembangkan keprofesionalanya untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada oran  tua siswa. Kemudian secara akademik dinyatakan hasilnya baik. Tetapi dalam pengembangan diri khususnya melahirkan karya tulis masih belum ada. Dari hasil open kelas ditemukan permasalahan bahwa kegagalan guru dalam menyusun karya ilmiah terutama disebabkan karena tidak adanya pendampingan dari atasan. Menelaah hasil tersebut, guru-guru di SD Negeri 4 Suranadi perlu membuka diri untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuanya agar gelar guru profesional bukan hanya slogan yang menakutkan tetapi menjadi pernyataan yang membanggakan.  
            Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari guru sendiri bahwa peremasalahan dalam kelas adalah kegagalan guru dalam memberikan pelayan pendidikan yang kualitas. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas. Kalau seorang guru kembali merefleksi diri menjadi tantangan guru untuk meningkatkan kualifikasinya, maka belajar kembali ini bertujuan untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, bukan untuk mendapatkan sertifikasi semata, perbaikan pembelajaran menjadi suatu pekerjaan mulia yang harus dibenahi oleh guru agar dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas. Hasil yang ditunjukan oleh guru SDN 4 Suranadi membuktikan sebagai pionir terdepan dalam membangun anak negeri, guru belum memberikan pelayan yang memuaskan pada anak didik maupun orang tua siswa sebagai orang yang kedua mengetahui hasil dari pekerjaan guru..
Kini ketika kesejahteraan guru mulai mendapatkan perhatian dengan diberikan tunjangan profesi maka tuntutan profesionalisme guru semakin mengemuka. Kewajiban publikasi ilmiah atau karya inovatif bukanlah bermaksud untuk menghambat karier guru, namun justru sebagai upaya meningkatkan profesionalisme guru. Hanya guru yang mampu mengembangkan profesionalismenya melalui publikasi karya ilmiah atau karya inovatif yang bisa melenggang naik pangkat.  Karena guru bekerja sebagai pembelajaran, artinya guru bekerja di dunia keilmuan maka ia harus mampu melakukan publikasi ilmiah atau karya inovatif sebagai upaya pengembangan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Publikasi karya ilmiah dan atau karya inovatif merupakan bagian dari pengembangan keprofesian berkelanjutan. Selain publikasi karya ilmiah dan atau karya inovatif, yang termasuk  pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan diri.
Persoalan pokok yang dihadapi oleh guru SD Negeri 4 Suranadi khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya, adalah budaya membaca dan menulis guru  masih rendah. Adanya kewajiban publikasi ilmiah dan atau karya inovatif diharapkan bisa meningkatkan kegiatan keberaksaraan (baca: membaca dan menulis) menjadi lebih bergairah. Karena tingginya tingkat keberaksaraan akan linier dengan tingginya peradaban serta penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai motivator   berkewajiban merangsang keberaksaraan guru untuk memperbaiki pembelajaran melalui karya inovasi, penelitian tindakan kelas. Karenanya peneliti (kepala sekolah) terdorong untuk melakukan pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015 ?.
2.      Bagaimana efektivitas pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015 ?.
D.  Tujuan Penelitian
                     Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam peneliti sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015 ?.
  2. Untuk mengetahui efektivitas pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015 ?.
E.  Manfaat Penelitian
                     Penelitian ini pada dasarnya memiliki dua manfaat
      1.   Manfaat Teoritis
            a.  Hasil   penelitian   ini   diharapkan   dapat    memberikan    informasi tentang pemantapan kemampuan profesional guru sebagai motivasi pengajuan angka kredit jabatan guru.
            b.  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau kajian untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi pengajuan angka kredit jabatan guru.
      2.   Manfaat  Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai input bagi lembaga pendidikan khususnya guru-guru SD Negeri 4 Suranadi  sebagai  penghasilan proses pembelajaran agar menjadi lebih baik.

II. KAJIAN PUSTAKA

A.     Pemantapan Kemampuan Propesional

Di Indonesia, menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikat pendidik diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi pendidik dan lulus uji sertifikasi pendidik. Dalam hal ini, ujian sertifikasi pendidik dimaksudkan sebagai kontrol mutu hasil pendidikan, sehingga seseorang yang dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi pendidik diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil belajar peserta didik.
      Yamin (2006 : 4 – 5) mencoba mengutip ulang konseptual tentang unjuk kerja guru menurut Johson (1980) dan Depdikbud bahwa ada tiga aspek konsep yaitu : (a) kemampuan professional, (b) kemampuan sosial dan (c) kemampuan personal. Dari tiga aspek ini kemudian dijabarkan menjadi :
       a.   Kemampuan Profesional mencakup
1.    Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu.
2.    Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
3.    Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
        b.  Kemampuan social
Kemampuan ini mencakup untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan seguru r pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.
      c.   Kemampuan Personal (Pribadi) mencakup
1.    Penampilan    sikap     positif    terhadap   keseluruhan tugasnya
2.    sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta   unsurnya.
3.    Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh guru.
4.    Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
     Menjadi seorang guru dengan tugas dan tanggungjawab yang besar menjadikan guru mesti memiliki kemampuan professional. Tidak bisa digolongkan professional bila seoarang guru sudah menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan atau tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan mengajar didepan kelas. Guru yang professional adalah guru yang memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, berpenampilan positif, karena menjadi panutan dan teladan bagi siswanya serta mampu memberikan pelayanan pembelajaran yang terbaik buat didiknya.

B.     Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa. Dengan demikian semua siswa diharapkan dapat mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang  materi ajar serta mampu memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)  mencakup berbagai cara dan/atau pendekatan dimana guru secara berkesinambungan belajar setelah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal sebagai guru. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)  mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai profesi. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya serta membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya (. Baedhowi, 2010; 09)
Pada prinsipnya, PKB mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan sebagaimana digambarkan pada diagram berikut ini  (diadopsi  dari  Center  for  Continuous  Professional Development (CPD). University of Cincinnati Academic Health Center.    http://webcentral.uc.edu/-cpd_online2).
C.     Hubungan Pemantapan Kemampuan Profesional dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)  
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa. Agar pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan dapat mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan prioritas pelaksanaan   tersebut,   maka   pelaksanaan   pengembangan keprofesian berkelanjutan harus didasarkan pada prinsip-prinsip. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus menjadi bagian integral dari tugas guru sehari-hari yang berorientasi kepada keberhasilan peserta didik. Cakupan materi untuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus kaya dengan materi akademik, metode pembelajaran, penelitian pendidikan terkini, teknologi dan/atau seni, serta berbasis pada data dan hasil pekerjaan peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
1.      Intraksi terjadi antara masalah pembelajaran yang dihadapi guru dalam kelas menjadi konsep kepala sekolah untuk mengidentifikasi, menganalisi dan mencarikan alternative pemecahan masalah.
2.      Perencanaan difasilitasi oleh kepala sekolah dengan memanfaatkan intraksi dan hasil identifikasi, analisis dan pemecahan masalah dengan penerapan pendampingan secara kontinyu. Tingkat efektivitas pemantapan kemampuan professional  akan tampak pada perencanaan perbaikan pembelajaran yang disusun guru bersama kepala sekolah.
3.      Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan oleh guru sebagai respon dari proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dalam proses ini kepala sekolah berperan sebagai pendamping, teman sejawat dan supervesor, yang akan menumbuhkan kompetensi guru diantaranya pedagogic, professional, kepribadian dan social.
4.      Observasi merupakan rekaman yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru yang


5.      melakukan perbaikan pembelajaran sehingga dalam melakukan perbaikan dapat diketahui sejauhmana data yang dapat dihimpun. Baik dari sesegi keunggulannya maupun kekurangan guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran, sehingga pemantapan kemampuan professional guru dapat terekam secara valid.
6.      Refleksi, setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran kepala sekolah bersama guru melaksanakan open class untuk mendiskusikan hasil perbaikan pembelajaran  bersama guru. Kepala sekolah bersama guru mengidentifikasi permasalahan yang muncul, kemudian menanalisinya selanjutnya merencanakan perbaikan berikuti hingga tuntas
Hasil perbaikan pembelajaran merupakan pemantapan kemampuan professional guru dan dilanjutkan dengan menyusun laporan dalam penelitian tindakan kelas.
Menyimak uraian di atas maka jelas bahwa pemantapan kemampuan professional melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sangat erat bahkan keduannya memberikan pengaruh yang positif dan negative pada guru.


D.     Kerangka Berpikir

a.       Kodisi Prasiklus
Dilihat kondisi prasiklus guru-guru di SD Negeri 4 Suranadi, terdapat masalah dalam pembelajaran yang kondisinya sangat mengkhawatirkan. Data awal ini diperoleh dari hasil supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan data dokumentasi yang peneilti amati. Guru dalam menyajikan pembelajaran sering tidak menggunakan media pembelajaran, lembar kerja siswa yang merupakan soal-soal sehingga tidak nampak aktifitas siswa yang menumbuhkan kreatifitasnya dalam belajar. Hasil berlajar juga dibawah KKM yang ditetapkan guru. Kondisi tersebut harus ditindaklanjuti dengan melakukan pemantapan kemampuan profesioanl melalui pengemabngan keprofesian berkelanjutan dengan pola pendampingan sehingga mampu memberikan pelayan yang memuaskan bagi siswa.
b.      Tindakan       
Tindakan yang dilakukan terhadap kondisi prasiklus tersebut adalah mencari dan mengumpulkan teori yang tepat, dapat mengatasi permasalahan tesebut. Berdasarkan pendalaman landasan teori dan kondisi prasiklus yang bersifat situasional dan terjangkau serta praktis, memecahkan masal actual di lingkungan SD Negeri 4 Suranadi maka dilakukan tindakan untuk menerapkan Pemantapan kemampuan profesinal melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan.
           Berdasarkan kondisi prasiklus dan mendesaknya pemecahan masalah di atas, maka scenario pemantapan kemampuan professional melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan disusun secara sistimatis, dimulai dari identifikasi masalah, menganilisi masalah, mencari alternative pemecahan masalah. Selanjutnya merumuskan proposal dan melaporkan hasil perbaikan pembelajaran. Tidakan ini dilakukan dalam tiga daur ulang (siklus) yaitu siklus pertama memfokuskan pada pemecahan masalah yang dihadapi masing-masing guru dalam menyajikan pembelajaran. Daur ulang atau siklus dilanjutkan hingga mencapai hasil yang sangat memuaskan
c.       Kondisi akhir
Kondisi akhir yang diharapkan setelah melakukan tindakan dalam tiga siklus maka kondisi akhir adalah terjadi peningkatan hasil pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru. Indicator adanya peningkatan itu adanya hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru terus meningkat.
E.     Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah penelitian,kajian pustaka tentang pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan  yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
“Ada tentang pemantapan kemampuan profesional guru melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi Tahun pelajaran 2014-2015.”


III, METODOLOGI PENELITIAN

A.      Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Guru SD Negeri 4 Surandi, Kecamatan Narmada   yang merupakan sekolah tempat peneliti menjadi Kepala Sekolah   tahun pelajaran 2014-2015.    Adapun data dan nama guru SD Negeri 4 Surandi Kecamatan Narmada yang diambil sebagai sampel tercantum pada lampiran 7,

B.     Setting Lokasi Penelitian

PTS  akan dilakukan pada guru SDN 4 Suranadi Tahun Pelajaran 2014-2015 . SDN 4 Suranadi  terdiri dari 12 orang guru, masing masing sekolah diambil  orang guru 5 PNS dan 7 guru tidak tetap. PTS  yang dilakukan di SDN 4 Suranadi adalah pengembangan keprofesian berkelanjutan  melalui pengembangan keprofesian berkelajutan dalam upaya perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi.

C.     Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, kegiatan dilaksanakana dalam semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Durasi  penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai bulan  27 Januari  sampai dengan 9 Juni 2015. Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan,(2) tindakan,(3) pengamatan,(4) refleksi. Rancangan Penelitian Tindakan Sekolah  ( PTS  )  menurut Kemmis dan Mc.Taggar   ( Depdiknas,2000 ) adalah seperti gambar berikut :
  1. Rencana ( Plan ) : adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk perbaikan pelayanan  pembelajaran sebagai solusi.
  2. Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti /kepala sekolah sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
  3. Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap guru.
  4. Refleksi (reflection) : adalah peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai keriteria.
  5. Revisi ( recived  plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti melakukan revisi terhadap rencana awal.
D.  Varibel Penelitian
Dalam penelitian Tindakan Sekolah   ini variabel yang akan diteliti adalah pemantapan kemampuan profesional  guru  melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan  di SD Negeri 4 Suranadi.  Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan yaitu pemantapan kemampuan profesional  guru di SD Negeri 4 Suranadi. Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
1.      Kinerja guru dalam mengembangkan indikator pencapaian perbaikan pelayanan  pembelajaran.
2.      Kemampuan Kepala Sekolah dalam melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan  kepada guru dalam mengembangkan perbaikan pelayanan  pembelajaran.
3.      Pemantapan kemampuan profesional yang diberikan Kepala sekolah dalam memotivasi  kinerja guru.
4.      Respon guru terhadap pengembangan keprofesian berkelanjutan  yang diberikan kepala sekolah.
5.      Efektivitas pengembangan keprofesian berkelanjutan yang diberikan kepala sekolah.
Variabel Tindakan  yaitu  Pengembangan keprofesian berkelanjutan  melalui supervisi   kelas. Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
  1. Tingkat kualitas perencanaan perbaikan pembelajaran
  2. Kualitas perangkat observasi perbaikan pembelajaran
  3. Kualitas operasional tindakan perbaikan pembelajaran
  4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan Kepala Sekolah
  5. Kesesuaian materi pengembangan keprofesian berkelanjutan  dan bimbingan  yang diberikan
  6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan
  7. Kemampuan meningkatkan dalam memberikan pelayanan pembelajaran
F.       Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
  1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1.    Guru yaitu diperoleh data tentang peningkatan Kompetensi menyusun perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran guru di SD Negeri 4 Suranadi.
2.    Kepala Sekolah yaitu diperoleh data tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan  kepala sekolah melalui pengembangan keprofseian berkelanjuatan guru di  kelas
  1. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan observasi.
Adapun indikator yang akan dijadikan acuan dalam merencanakan melaksanakan perbaikan pembelajaran  tersaji dalam lembar observasi berikut ini:
E.      Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1.      Kuantitatif
Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan   motivasi perbaikan pelayanan  pembelajaran di SD Negeri 4 Suranadi  dengan menggunakan prosentase    ( % ).
2.      Kualitatif
Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data,sajian deskriptif,dan penarikan simpulan.


I

Selasa, 29 November 2016

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM DALAM MENINGKATKAN KEINDAHAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 4 SURANADI




BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya pembangunan seumur hidup pada semua bidang. Salah satunya lingkungan yang tetap dijaga dibangun agar dapat diwariskan pada generasi yang mendatang.  Lingkungan sekolah sebagai sarana siswa untuk tempat bermain dan sebagai sarana belajar hendaknya tetap dijaga agar indah dan teduh. Lingkungan yang penuh dengan tanaman akan dapat memberikan nilai tambah pada siswa dalam mengenal lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan merupakan tempat pembentukan karakter anak agar memahami lingkungan  dan mencintai lingkungannya. Ketika anak pada usia dini dikenalkan cara-cara menjaga dan memelihara lingkungannya sehingga anak akan menjadi bagian dari orang-orang yang peduli dengan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat siswa serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga fakta penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar seperti yang diamanatkan dalam kurikulum KTSP tidaklah hanya sekedar siswa memiliki pemahaman tentang alam semesta saja. Melainkan melalui pendidikan IPA siswa juga diharapkan memiliki kemampuan, (1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (3) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Oleh karena itu IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa karena perannya sangat penting berguna dalam kehidupan sehari-hari.(Sri Sulistyorini,2007: 42).

Kenyataan yang terjadi, halaman sekolah SDN 4 Suranadi masih terkesan kering, sepi dan tidak menarik bagi siswa, lingkungan yang halamannya sempit dan jarangnya tanaman menantang guru untuk mengajak siswa membenahi lingkungan secara bertahap melalui pembelajaran IPA dengan materi perkembangbiakan. Guru yang pada kesempatan ini ingin melakukan satu kegiatan pembelajaran dengan meraut dua hasil, seperti pepatah mengatakan “menyelam sambil minum air”. Maksudnya dalam proses pembelajaran guru dapat membenahi hasil belajar siswa yang rendah juga dapat mengajak siswa untuk membenahi lingkungannya agar lebih indah dan bersih. Disamping pembelajaran IPA belum mengarah pada perbaikan lingkungan. Sementara materi yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan belum terjamah oleh guru. Disamping itu mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA menjenuhkan hanya hapalan saja. Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas VI SD Negeri 4 Suranadi pada tanggal 28 Agustus 2015 dan data hasil ulangan materi perkembangbiakan, prestasi belajar siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas hanya 43,33% persen dari 30 siswa dan untuk siswa seluruhnya diperlukan remedial.

Rendahnya hasil belajar IPA siswa dibanding mata pelajaran lain karena hingga kini proses pembelajaran masih menggunakan paradigma absolutisme yaitu proses dimulai dari merancang kegiatan pembelajaran, mengajar, belajar, dan melakukan evaluasi yang mengalir secara linier. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan. Sementara lingkungan yang merupakan sumber belajar yang kaya dengan inovasi terabaikan. Lingkungan yang merupakan tempat berintraksi dan bersosialisasi siswa belum terpikirkan oleh guru untuk dijadikan sumber belajar. Sehingga usaha guru dalam meningkatkan kesadaran siswa untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam terutama sekolahnya hanya menjadi tugas penjaga sekolah. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, hukum, kemudian biasa dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model pembelajaran yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya sekedar menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Terkait belum optimalnya keindahan dan hasil belajar siswa kelas VI SDN 4 Suranadi, maka penulis berupaya menerapkan model pembelajaran Kuantum sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran Kuantum adalah mengorganisasikan berbagai interaksi proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan semangat belajar siswa, penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 5) Pembelajaran Kuantum merupakan refleksi pentingnya guru mengelola proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dan kreatif baik dari segi fisik, mental dan emosional. Dengan memadukan pembelajaran kuantum dengan pengalaman nyata siswa dalam menjaga dan merawat lingkungannya melalui materi perkembangbiakan buatan, diharapkan seperti pepatah “sekali mendayung dua tiga pulau terseberangi” maksudnya melalui pembelajaran kuantum siswa prestasi belajarnya dapat meningkat serta siswa diajak menanami lingkungan sekolahnya dengan hasil praktiknya sendiri. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “meningkatan keindahan sekolah dan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ”.



B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah

1.        Hasil belajar IPA siswa rendah.

2.        Siswa pasif dalam pembelajaran IPA.

3.        Mata pelajaran IPA tidak disukai dan kurang diminati siswa bahkan dianggap mata pelajaran yang sulit dipelajari.

4.        Dalam pembelajaran IPA guru masih menggunakan metode ceramah.

5.        Guru masih mendominasi pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada siswa berlatih memecahkan masalah.

6.        Pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, hukum kemudian dihafalkan bukan mengaitkan dalam pengalaman empiris dalam kehidupan nyata

7.        Belum terjadi integrasi materi dengan lingkungan sebagai sumber belajar

8.        Belum terjaga lingkungkan sekolah asri, bersih dan indah secara berkelanjutan oleh semua warga sekolah.



C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.        Keindahan sekolah yang dimaksud disini yaitu terjaga lingkungkan sekolah asri, bersih dan indah secara berkelanjutan oleh semua warga sekolah.

2.        Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran dan mengerjakan tes IPA dan hasil praktik siswa sehingga mengakibatkan siswa mengalami perubahan yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psimotorik.

3.        Hasil belajar yang dimaksud dibatasi pada ketuntasan nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes awal, tes siklus 1 dan 2 pada siswa.

4.        Pembelajaran Kuantum adalah pembelajaran yang mengorkestrasi interaksi dalam proses pembelajaran dan merefleksi pentingnya guru mengelola proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif baik dari segi fisik, mental dan emosional melalui pendekatan TANDUR.



D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.        Bagaimana cara pelaksanaan model pembelajaran Kuantum dalam meningkatkan keindahan dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ?

2.        Apakah model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan keindahan sekolah   SDN 4 Suranadi ?

3.        Apakah model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan   hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ?



E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:

1.        Mengetahui cara pelaksanaan model pembelajaran Kuantum dalam meningkatkan keindahan dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ?

2.        Mengetahui model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan keindahan sekolah   SDN 4 Suranadi ?

3.        Mengeahui model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan   hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ?



F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis.

1.    Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPA.

2.    Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Sebagai sarana meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPA.

2) Meningkatkan hasil belajar IPA.

b. Bagi guru

Untuk menambah pengalaman guru dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran Kuantum.

c. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.



BAB II

LANDASAN TEORI



A. Tinjauan tentang pembelajaran

a. Hakikat Pembelajaran

Menurut M. Djauhar Sidiq dkk ( 2008 : 8) Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa yang belajar. Menurut Nasution dkk (1997 : 37) dalam hhtp://digilib.unnes.ac.id Pembelajaran adalah sebagai suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995 : 57). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. http://id.wikipedia.org//wiki//pembelajaran Dalam pembelajaran diperlukan proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi siswa dan lingkungannya. Pada suatu saat siswa menerima rangsangan dari lingkungan luas sementara pada saat lain rangsangan itu terlalu kecil, untuk itu diperlukan lingkungan yang seimbang sesuai dengan kondisi siswa agar tidak terlalu besar memberi rangsang, akan tetapi tidak terlalu kurang dari rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar memberi rangsangan dapat mengakibatkan siswa menjadi tergantung, sehingga kurang membangkitkan kreativitas siswa dan siswa akan menjadi kurang percaya pada diri sendiri. Sedangkan lingkungan yang terlalu kecil dan kurang dari rangsangan menyebabkan anak kurang memiliki motivasi belajar sehingga menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran sebagai upaya terjadinya aktifitas belajar, hendaknya dipersiapkan secara matang, dengan memperhatikan kelengkapan komponen pendukung pembelajaran yang membelajarkan. Dalam kaitannya dengan aktifitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam menfasilitasi agar terjadi proses mental dan emosional siswa sehingga dapat dicapai kemajuan tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktifitas belajar dengan cara memotivasi siswa, menfasilitasi belajar, mengorganisasi kelas, mengembangkan bahan pembelajaran, menilai program-proses-hasil pembelajaran dan memonitor aktfitas siswa. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kondisi pembelajaran dalam pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi siswa untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang dipergunakan, maka akan menurunkan kualitas pembelajaran. Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

b. Komponen Pembelajaran

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode atau media yang tepat, agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen.

1)   Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencair, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2)   Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif.

3)   Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan efektif.

4)   Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5)   Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

6)   Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.

7)   Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi adalah dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar-mengajar sekaligus memberikan bahkan bagi setiap komponen kegiatan belajar-mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.

8) Kurikulum dan silabus.

Berdasarkan komponen-komponen tersebut, maka pembelajaran sebagai sistem di dalamnya merupakan perpaduan beberapa komponen pembelajaran, dimana komponen satu dengan yang lain dimanipulasikan agar terjadi saling berhubungan, saling melengkapi dan saling bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan.

2. Hakikat Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, merode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (LPMP, 2007:12)

Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk ( 2008 : 4) Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Sri Sulistyorini (2007: 14) model pembelajaran merupakan rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. http//penddk.inyouge. com/modelpembelajaran.

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur, prosedur pemecahan masalah, dan berfikir kritis model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis, guru menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa. Maka guru harus menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.





B. Hakikat Pembelajaran Kuantum

a. Pengertian Pembelajaran Kuantum

Kuantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Kuantum dengan demikian adalah Orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus di ramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 5). Berbagai kecerdasan majemuk baik kecerdasan linguistik, matematis, logis, spasial, kinetis, jasmani, musikal, interpesonal dan naturalis harus bersinergi dalam meggerakkan belajar siswa. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 6).

b. Karakteristik Pembelajaran Kuantum adalah:

1)   Pembelajaran Kuantum berpangkal pada psikologi kognitif.

2)   Pembelajaran Kuantum bersifat humanintis manusia selalu pembelajaran menjadi pusat perhatiannya, potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.

3)   Pembelajaran Kuantum bersifat konstruktivitas, pembelajaran Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal yang memudahkan dalam mencapai keberhasila ujuan pembelajaran. Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri siswa dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

4)   Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna. Pembelajaran Kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajaran.

5)   Pembelajaran Kuantum menekankan ke alamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, sehingga menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, menyenangkan.

6)   Pembelajaran Kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan belajar dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdaya dan rancangan pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.

7)   Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup dan prestasi fikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara seimbang.

8)   Pembelajaran Kuantum menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran biasa langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. ( Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 6)

c. Prinsip pembelajaran Kuantum adalah

1 Prinsip utama

Bawalah dunia mereka (pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar).

2  Prinsip dasar

1)   Ketahuilah bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran Kuantum segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai mulai bahasa tubuh pengajar, pinata ruang sampai sikap guru semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.

2)   Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.

3)   Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia yang selanya akan menggerakkan rasa ingin tahu.

4)   Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada waktu siswa melakukan langkah pembelajaran, mereka patut memperoleh pangkuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, bahkan sekalipun siswa melakukan kesalahan perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.

5)   Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan keberhasilannya. (Bobbi De Porter dan Henarchi, 2003 : 7 - 8).

Pembelajaran Kuantum mengingatkan guru pada pentingnya memasuki dunia murid. Guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia di antaranya pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh disamping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar atau diraih oleh guru. Hal ini akan memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, menjadi dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.

Lingkungan luar kelas  mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. Peningkatan seperti halaman sekolah akan menampilkan isi pelajaran secara visual. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan  sangat berpengaruh pada kemampuan  untuk mengajar lebih banyak dengan usaha lebih sedikit.



C. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Dimyati dalam Ranti (2007: 12) dalam http://one.indoskripsi.com adalah hasil proses belajar di mana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Menurut Nana Sudjana ( 2005 : 3 ) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran. Semua perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan. Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan tes dan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Untuk melakukan evaluasi diperlukan adanya evaluasi yang objektif, menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam sistem pendidikan nasional rumuskan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instrasional menggunakan klasifikasi hasil belajar dan Benjamin Bloom yang ranah kognitif, ranah efektif dan ranah spikomotoris (Nana Sudjana, 2005: 22).

a. Aspek Kognitif

Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Klasifikasi tujuan kognitif oleh Bloom (1956) domain kognitif terdiri atas enam bagian sebagai berikut:

1)        Ingatan/recall

Mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.

2)        Pemahaman

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

3)        Penerapan

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada pemahaman.

4)        Analisis

Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebab dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

5)        Sintesis

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur dan bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

6)        Evaluasi

Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.

b. Aspek Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis. Aspek ini belum ada patokan yang pasti dalam penilaiannya. Klasifikasi tujuan afektif terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:

1)   Penerimaan

Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuanm memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

2)   Pemberian respon

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.

3)   Penilaian

Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi „sikap‟ dan „apresiasi‟.

4)   Pengorganisasian

Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam falsafah hidup.

5)   Karakterisasi

Mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga, tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.

c. Aspek Psikomotor

Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa. Klasifikasi tujuan psikomotor terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:

1)   Peniruan

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberikan respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

2)   Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

3)   Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

4)   Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dengan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.

5)   Pengalamiahan

Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.





C. Hakikat IPA

Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam (Margono dkk, 1998 : 1)

IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998: 23) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/. Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

Selanjutnya science adalah continuing effort to disciver and increase human knowledge and understanding though disciplined research. Using controlled methods, scientist collect observable evidence of natural or social phenomena, record measurable data relating to the observations, and analize this information to contruct theoretical explanations of how things work. The method of scientific research include the generation of hypotheses about how phenomena work, and experimentation that tests these hypotheses under controled conditions. Scientists are also expected to publish their information so other scientists can do similar experments to double-check their conclusions. The result of this prosses enable betther understanding of past event, and better ability to perdict future event of the same kind as those that have been tested ( Parkin, 1991) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, kosenp-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39)

IPA dikatakan dapat terjadi dari dua unsur, hasil IPA dan cara kerja memperoleh hasil itu. Hasil produk IPA berupa fakta-fakta seperti hukum-hukum, prinsip-prinsip, klasifikasi, struktur dan lain sebagainya. Cara kerja memperoleh hasil itu disebut proses IPA. Dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir. Kemajuan IPA yang pesat disebabkan oleh proses ini. Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil suatu masalah yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dikenal dengan sikap ilmiah. Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.

1) IPA Sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi lain IPA yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.

2) IPA Sebagai Proses

Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu proses penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3) interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel; (7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; dan (10) komunikasi. Jadi, pada hakikatnya, pada proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh keterampilan dasar. Oleh karena itu, jenis-jenis keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut juga “keterampilan proses”. Untuk memahami sesuatu konsep, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada siswa untuk memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

3) IPA Sebagai Pemupukan Sikap

Makna “sikap” pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Beberapa ciri sikap ilmiah itu adalah:

1)   Objektif terhadap fakta, artinya tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.

2)   Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang menyokong kesimpulan itu.

3)   Berhati terbuka, artinya mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan dengan penemuaannya sendiri.

4)   Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat.

5)   Bersifat hati-hati.

6)   Ingin menyelidiki (Srini M. Iskandar 2001: 13 -14).

Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah lain penyelidikan, penyusunan dan pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah.



D. Prinsip-prinsip pembelajaran IPA

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut siswa tidak hanya belajar dari buku, melainkan dituntut untuk belajar mengembangkan kemampuan dirinya. Melatih keterampilan siswa untuk berfikir secara kreatif dan inovatif merupakan latihan awal bagi siswa untuk berfikir kritis untuk mengembangkan daya cipta dan mengembangkan minat dalam diri siswa secara dini. Guru sebagai faktor penunjang keberhasilan pengajaran IPA dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan bahan kepada siswa dengan baik untuk itu guru perlu mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan suatu bahan pengajaran atau metode apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan yang dapat menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Prinsip utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu:

1) Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi. 2) Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran. 3) Pemgetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuan, pengetahuan yang kita miliki. Pengetahuan yang demikian kita sebut miskonsepsi. kita perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran. 4) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas kita sebagai guru IPA adalah mengajar siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol dan hubungan dengan konsep lain. 5) Ilmu Pengetahuan Alam atas produk, proses dan prosedur. Karena itu kita perlu mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk Ilmu Pengetahuan Alam saja. (Leo Sutrisno, 2007 : 3 – 5)

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 43) untuk mengajarkan IPA dikenal beberapa pendekatan, yakni (1) pendekatan kepada fakta-fakta, (2) pendekatan konsep (3) dan pendekatan proses. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan fakta terutama bermaksud menyodorkan penemuan-penemuan IPA. Pendekatan ini tidak mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang sifat IPA. Selanjutnya konsep adalah suatu ide yang mengikat banyak fakta menjadi satu. Untuk memahami suatu konsep, anak perlu bekerja dengan objek-objek yang kongkret, memperoleh fakta-fakta, melakukan ekplorasi dan memanipulasi ide secara mental, tidak sekedar menghafal. Oleh karena itu, pendekatan konsep memberikan gambaran yang lebih jelas tentang IPA dibandingkan dengan pendekatan faktual. Kemudian suatu pendekatan proses dalam pembelajaran IPA didasarkan atas pengamatan yang disebut sebagai keterampilan proses dalam IPA.



E. Ruang lingkup pembelajaran IPA Kelas VI

Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar dalam (BSPN, 2006) meliputi aspek-aspek berikut:

1)        Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2)        Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.

3)        Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 

4)        Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan secara mata pelajaran sejak kelas VI sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai kelas III diberikan secara tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas VI, maka di bawah ini penulis sampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI.



F. Lingkungan

1. Pengertian Lingkungan

           Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang

2. Lingkungan Hidup

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

b. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

c. Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.

3. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup

         Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.



B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kondisi awal siswa kelas VI SD Negeri 4 Suranadi pasif dan kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran IPA. Hal ini karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Pembelajaran lebih banyak ceramah, menghafal tanpa memberi kesempatan siswa berlatih berfikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran kurang bermakna yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar pembelajaran IPA lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh semangat agar siswa lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran Kuantum. Pembelajaran Kuantum adalah pembelajaran yang mengorganisasikan berbagai interaksi proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan semangat belajar siswa, penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami. Pembelajaran Kuantum merupakan refleksi pentingnya guru mengelola proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dan kreatif baik dari segi fisik, mental dan emosional.

Dengan adanya pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan menyenangkan sebagaimana dituntut dalam pembelajaran kuantum, maka siswa akan merasa mudah mempelajari IPA, karena belajar IPA itu menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan siswa akan meningkat dan nilai hasil belajar IPA akan mencapai ketuntasan.



C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.    Jika pembelajaran IPA dilaksanakan dengan maksimal pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Suranadi  menggunakan model pembelajaran Kuantum maka hasil belajarnya akan meningkat.

2.    Cara pelaksanaan pembelajaran Kuantum di kelas VI SDN 4 Suranadi dengan menggunakan pendekatan Lingkungan.

















BAB III

METODOLOGI PENELITIAN



A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri IV SDN 4 Suranadi Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Penentuan tempat penelitian ini karena mempertimbangkan kemudahan kerja sama antara peneliti, pihak sekolah, dan objek yang diteliti serta penghematan waktu dan biaya karena lokasi penelitian merupakan tempat peneliti mengajar. Penelitian akan dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2015/2014 selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai bulan Nopember 2015.



B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ditetapkan siswa kelas VI SDN 4 Suranadi Kecamatan Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat  tahun ajaran 2015/2014, dengan jumlah siswa 30 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Kelas VI merupakan kelas dengan nilai IPA paling rendah dibandingkan kelas-kelas lain, rata-rata motivasi yang rendah, kurang aktif sehingga kualitas hasil belajar juga rendah. Di samping itu guru kelas VI dalam proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran tradisional yang menekankan pada ceramah, hafalan dan mengerjakan tugas. Hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI.



C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi classroom action research metodologi penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan Taggart. Kemmis dan Taggart dalam (Zainal Aqib,2006: 31) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral (the action research spiral). Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi empat tahapan yang saling terkait dan berkesinambungan.

Tahapan-tahapan ini adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

1. Rancangan Siklus I

a. Tahap Perencanan

Peneliti dalam tahap perencanaan ini menyusun langkah-langkah sebagai berikut:

1)   Merancang skenario pembelajaran IPA menggunakan model Pembelajaran Kuantum.

2)   Menyusun rencana pembelajaran tentang perkembangbiakan buatan

3)   Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

4)   Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

5)   Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.

6)   Membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dan perencanaan yang dipersiapkan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Kuantum pada mata pelajaran IPA. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)        Tumbuhkan

Maknanya menumbuhkan minat siswa akan materi pelajaran yang akan dipelajari sehingga siswa betul-betul merasa butuh akan bahasan perkembangbiakan buatan

2)        Alami

Dengan kerja kelompok atau individual, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana menciptakan konsep perkembangbiakan buatan

3)        Namai

Pada tahapan ini siswa melaporkan hasil pekerjaan. Guru menamai hasil pekerjaan dan kesimpulan yang telah disampaikan siswa sehingga siswa mendapatkan konsep, model perkembangbiakan.

4)        Demonstrasikan

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan tentang materi perkembangbiakan dengan mendemonstrasikan hasil pekerjaan didepan teman-temannya.

5)        Ulangi

Pada tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang konsep perkembangbiakan sehingga siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara individual.

6)        Rayakan

Setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.

c. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA dan praktik dengan menerapkan pembelajaran Kuantum. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan pembelajaran Kuantum pada pembelajaran IPA. Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.

1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :

a) Penampilan guru didepan kelas.

b) Cara menyampaikan materi pelajaran.

c) Cara pengelolaan kelas.

d) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.

e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

g) Waktu yang diperlukan guru.

2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:

a)    Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.

b)   Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.

c)    Peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep perkembangbiakan.

d)   Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

e)    Banyaknya siswa yang bertanya.

f)    Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi dan mendemostrasikan pengetahuan yang telah di konstruksi.

g)   Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

h)   Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.

i)     Kerjasama dalam kelompok.

d. Tahapan Analisis dan Refleksi

Tahap peneliti beserta teman sejawat menganalisis kegiatan pembelajaran Kuantum yang dilakukan. Hasil analisis ini yang akan menjadi kesimpulan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan dan menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus berikutnya.

2. Rancangan Siklus 2

Pada rancangan siklus 2 ini tindakan diambil dari hasil yang telah dicapai pada siklus 1 sebagai usaha perbaikan. Langkah-langkah yang dilaksanakan peneliti dalam siklus kedua hampir sama dengan siklus pertama.

a. Perencanaan Ulang

1)   Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan pada permasalahan yang muncul dari siklus I.

2)   Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang perkembangbiakan, perkembangbiakan buatan.

3)   Merancang pembelajaran Kuantum.

4)   Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

5)   Merancang tes siklus 2 dan kunci jawabannya.

6)   Membuat lembar observasi.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran Kuantum dengan skenario yang telah dibuat. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tumbuhkan

Maknanya menumbuhkan minat siswa akan materi pelajaran yang akan dipelajari sehingga siswa betul-betul merasa butuh akan bahasan tentang perkembangbiakan

2) Alami

Pada tahapan ini siswa melakukan kegiatan kerja kelompok atau individual, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana menciptakan konsep tentang perkembangbiakan

3) Namai

Pada tahapan ini siswa melaporkan hasil pekerjaan. Guru menamai hasil pekerjaan dan kesimpulan yang telah disampaikan siswa sehingga siswa mendapatkan konsep, tentang perkembangbiakan

4) Demonstrasikan

Pada tahapan ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan tentang materi perkembangbiakan dengan mendemonstrasikan hasil pekerjaan didepan teman-temannya.

5) Ulangi

Pada tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang konsep perkembangbiakan sehingga siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara individual.

6) Rayakan

Pada tahapan ini setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.

c. Observasi

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.

1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :

a) Penampilan guru didepan kelas.

b) Cara menyampaikan materi pelajaran.

c) Cara pengelolaan kelas.

d) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.

e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

g) Waktu yang diperlukan guru.

2) Indikator-indikator keberhasil siswa yang ingin dicapai adalah:

a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.

c) Peningkatan kemampuan siswa memberi nama dengan istilah rumus dan konsep.

d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

e) Banyaknya siswa yang bertanya.

f) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi dan mendemostrasikan pengetahuan yang telah di konstruksi.

g) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

h) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.

i) Kerjasama dalam kelompok.

d. Refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan tahap observasi serta pencapaian indikator keberhasilan.

3. Rancangan Siklus 3

Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus 3 adalah :

a. Perencanaan Ulang

1) Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan pada permasalahan yang muncul dari siklus 2.

2) Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang perkembangbiakan

3) Merancang pembelajaran Kuantum.

4) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

5) Merancang tes siklus 3 dan kunci jawabannya.

6) Membuat lembar observasi.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru hanya mengulangi apa yang sudah diberikan pada siklus 2, guru memandu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Selanjutnya diberikan pos tes untuk mengetahui keberhasilan KBM pada pertemuan tersebut.

c. Observasi

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.

1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :

a) Penampilan guru didepan kelas.

b) Cara menyampaikan materi pelajaran.

c) Cara pengelolaan kelas.

d) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.

e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

g) Waktu yang diperlukan guru.

2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:

a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.

c) Peningkatan kemampuan siswa memberi nama dengan istilah rumus dan konsep.

d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

e) Banyaknya siswa yang bertanya.

f) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi dan mendemostrasikan pengetahuan yang telah di konstruksi.

g) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

h) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.

i) Kerjasama dalam kelompok.

d. Refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan tahap observasi serta pencapaian indikator keberhasilan. Hasil pengamatan pada pengamatan siklus 3 dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti dan observer. Hal tersebut ditandai dengan perubahan sebagai berikut :

1) Pada saat pembelajaran siswa lebih aktif

2) Siswa tertarik mengikuti pembelajaran

3) Pembelajaran lebih bermakna

4) Siswa yang kurang jelas pada siklus kedua, pada siklus ketiga lebih jelas dan paham.

5) Siswa antusias dalam proses pembelajaran.

6) Hasil belajar IPA siswa pada materi perkembangbiakan meningkat.



D. Sumber Data

Sumber data atau infomasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1.    Sumber data primer (pokok), yaitu siswa kelas VI, guru kelas VI, kepala sekolah atau pihak lain yang berhubungan.

2.    Sumber data sekunder meliputi arsip atau dokumen, tes hasil belajar, lembar observasi dan teks wawancara.



F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memecahkan masalah masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.    Dokumen

Peneliti mengumpulkan data-data tertulis yang berupa daftar nilai formatif tentang nilai IPA siswa.

2.    Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 27) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis.

Menurut Zaenal Arifin (1998 : 49) Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi pratisipan, dimana peneliti berperan aktif mengamati dan mengikuti semua kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola KBM.



G. Teknik Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau obervasi diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpertasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif ( tes ) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Data hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan hasil tes antar siklus. Yang dianalisis adalah perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak siklusnya. Selanjutnya data hasil tes antarsiklus dibandingkan sehingga dapat mencapai batas ketercapaian atau ketuntasan yang diharapkan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif (Milles dan Hubberman, 2007 : 20) yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus.