BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melestarikan lingkungan hidup
merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab
setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan sangat besar
manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita
kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi
rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan
menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan
lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan pada dasarnya pembangunan seumur hidup pada semua bidang. Salah
satunya lingkungan yang tetap dijaga dibangun agar dapat diwariskan pada
generasi yang mendatang. Lingkungan sekolah sebagai sarana siswa untuk tempat bermain
dan sebagai sarana belajar hendaknya tetap dijaga agar indah dan teduh. Lingkungan yang penuh dengan tanaman akan dapat memberikan nilai
tambah pada siswa dalam mengenal lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan
merupakan tempat pembentukan karakter anak agar memahami lingkungan dan mencintai lingkungannya. Ketika anak pada
usia dini dikenalkan cara-cara menjaga dan memelihara lingkungannya sehingga
anak akan menjadi bagian dari orang-orang yang peduli dengan lingkungan rumah,
sekolah dan masyarakat.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam
dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia.
Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat siswa serta
kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman
tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih
bersifat rahasia sehingga fakta penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu
pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
seperti yang diamanatkan dalam kurikulum KTSP tidaklah hanya sekedar siswa
memiliki pemahaman tentang alam semesta saja. Melainkan melalui pendidikan IPA
siswa juga diharapkan memiliki kemampuan, (1) Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, (2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (3)
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam. Oleh karena itu IPA merupakan salah satu mata
pelajaran yang penting bagi siswa karena perannya sangat penting berguna dalam kehidupan sehari-hari.(Sri Sulistyorini,2007:
42).
Kenyataan yang terjadi,
halaman sekolah SDN 4 Suranadi masih terkesan
kering, sepi dan tidak menarik bagi siswa, lingkungan
yang halamannya sempit dan jarangnya tanaman menantang guru untuk mengajak
siswa membenahi lingkungan secara bertahap melalui pembelajaran IPA dengan
materi perkembangbiakan. Guru yang pada kesempatan ini ingin melakukan satu
kegiatan pembelajaran dengan meraut dua hasil, seperti pepatah mengatakan “menyelam
sambil minum air”. Maksudnya dalam proses pembelajaran guru dapat membenahi
hasil belajar siswa yang rendah juga dapat mengajak siswa untuk membenahi
lingkungannya agar lebih indah dan bersih. Disamping pembelajaran IPA belum mengarah pada perbaikan
lingkungan. Sementara materi yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan belum
terjamah oleh guru. Disamping itu mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA
menjenuhkan hanya hapalan saja. Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa
cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas VI SD Negeri 4 Suranadi pada
tanggal 28 Agustus
2015 dan data hasil ulangan materi perkembangbiakan, prestasi belajar
siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas hanya 43,33% persen dari 30 siswa
dan untuk siswa seluruhnya diperlukan remedial.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa
dibanding mata pelajaran lain karena hingga kini proses pembelajaran masih
menggunakan paradigma absolutisme yaitu proses dimulai dari merancang
kegiatan pembelajaran, mengajar, belajar, dan melakukan evaluasi yang mengalir
secara linier. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif
dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal
datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah
serta menghafal untuk menghadapi ulangan. Sementara lingkungan yang merupakan
sumber belajar yang kaya dengan inovasi terabaikan. Lingkungan yang merupakan
tempat berintraksi dan bersosialisasi siswa belum terpikirkan oleh guru untuk
dijadikan sumber belajar. Sehingga usaha guru dalam meningkatkan kesadaran siswa
untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
terutama sekolahnya hanya menjadi tugas penjaga sekolah. Pembelajaran seperti
ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang membosankan
sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak
memaparkan fakta, pengetahuan, hukum, kemudian biasa dihafalkan bukan berlatih
berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam
kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Untuk menggali potensi anak agar selalu
kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa
siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa
makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari
pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya
untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam
mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model pembelajaran yang
sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya
tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya
sekedar menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus mengubah
paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
Terkait belum optimalnya keindahan dan hasil
belajar siswa kelas VI SDN 4 Suranadi, maka penulis berupaya menerapkan model
pembelajaran Kuantum sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna
yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran Kuantum adalah mengorganisasikan berbagai interaksi proses
pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan
hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti
memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan semangat belajar siswa,
penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami
(Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 5) Pembelajaran Kuantum merupakan
refleksi pentingnya guru mengelola proses pembelajaran melibatkan siswa secara
aktif dan kreatif baik dari segi fisik, mental dan emosional. Dengan memadukan
pembelajaran kuantum dengan pengalaman nyata siswa dalam menjaga dan merawat
lingkungannya melalui materi perkembangbiakan buatan, diharapkan seperti
pepatah “sekali mendayung dua tiga pulau terseberangi” maksudnya melalui
pembelajaran kuantum siswa prestasi belajarnya dapat meningkat serta siswa
diajak menanami lingkungan sekolahnya dengan hasil praktiknya sendiri. Berdasarkan
kondisi tersebut maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul “meningkatan keindahan sekolah dan hasil belajar IPA dengan
model pembelajaran kuantum pada siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
identifikasi masalah penelitian ini adalah
1.
Hasil belajar IPA siswa
rendah.
2.
Siswa pasif dalam
pembelajaran IPA.
3.
Mata pelajaran IPA tidak
disukai dan kurang diminati siswa bahkan dianggap mata pelajaran yang sulit
dipelajari.
4.
Dalam pembelajaran IPA guru
masih menggunakan metode ceramah.
5.
Guru masih mendominasi
pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada siswa berlatih memecahkan masalah.
6.
Pembelajaran lebih banyak
memaparkan fakta, pengetahuan, hukum kemudian dihafalkan bukan mengaitkan dalam
pengalaman empiris dalam kehidupan nyata
7.
Belum terjadi integrasi
materi dengan lingkungan sebagai sumber belajar
8.
Belum terjaga lingkungkan
sekolah asri, bersih dan indah secara berkelanjutan oleh semua warga sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1.
Keindahan sekolah yang
dimaksud disini yaitu terjaga lingkungkan sekolah asri, bersih dan indah secara
berkelanjutan oleh semua warga sekolah.
2.
Yang dimaksud hasil belajar
dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
proses pembelajaran dan mengerjakan tes IPA dan hasil praktik siswa sehingga
mengakibatkan siswa mengalami perubahan yang dilihat dari aspek kognitif,
afektif dan psimotorik.
3.
Hasil belajar yang dimaksud
dibatasi pada ketuntasan nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes awal, tes
siklus 1 dan 2 pada siswa.
4.
Pembelajaran Kuantum adalah
pembelajaran yang mengorkestrasi interaksi dalam proses pembelajaran dan
merefleksi pentingnya guru mengelola proses pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dan kreatif baik dari segi fisik, mental dan emosional melalui
pendekatan TANDUR.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara pelaksanaan
model pembelajaran Kuantum dalam meningkatkan keindahan dan hasil belajar IPA
siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ?
2.
Apakah model pembelajaran
Kuantum dapat meningkatkan keindahan sekolah SDN 4
Suranadi ?
3.
Apakah model pembelajaran
Kuantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 4
Suranadi ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui cara pelaksanaan
model pembelajaran Kuantum dalam meningkatkan keindahan dan hasil belajar IPA
siswa kelas VI SDN 4 Suranadi ?
2.
Mengetahui model
pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan keindahan sekolah SDN 4
Suranadi ?
3.
Mengeahui model pembelajaran
Kuantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 4
Suranadi ?
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pembelajaran IPA.
2. Manfaat praktis
a. Bagi
siswa
1) Sebagai
sarana meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPA.
2)
Meningkatkan hasil belajar IPA.
b. Bagi
guru
Untuk menambah
pengalaman guru dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan model
pembelajaran Kuantum.
c. Bagi
sekolah
Sebagai
sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA pada
khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang pembelajaran
a. Hakikat Pembelajaran
Menurut M. Djauhar Sidiq dkk ( 2008 : 8)
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan
siswa yang belajar. Menurut Nasution dkk (1997 : 37) dalam
hhtp://digilib.unnes.ac.id Pembelajaran adalah sebagai suatu aktifitas psikis
atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
nilai dan sikap. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995 : 57). Dari pendapat
tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi
untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pembelajaran adalah suatu proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. http://id.wikipedia.org//wiki//pembelajaran
Dalam pembelajaran diperlukan proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi
siswa dan lingkungannya. Pada suatu saat siswa menerima rangsangan dari
lingkungan luas sementara pada saat lain rangsangan itu terlalu kecil, untuk
itu diperlukan lingkungan yang seimbang sesuai dengan kondisi siswa agar tidak
terlalu besar memberi rangsang, akan tetapi tidak terlalu kurang dari
rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar memberi rangsangan dapat
mengakibatkan siswa menjadi tergantung, sehingga kurang membangkitkan
kreativitas siswa dan siswa akan menjadi kurang percaya pada diri sendiri.
Sedangkan lingkungan yang terlalu kecil dan kurang dari rangsangan menyebabkan
anak kurang memiliki motivasi belajar sehingga menggunakan waktu luangnya untuk
kegiatan-kegiatan diluar kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran sebagai upaya terjadinya
aktifitas belajar, hendaknya dipersiapkan secara matang, dengan memperhatikan
kelengkapan komponen pendukung pembelajaran yang membelajarkan. Dalam kaitannya
dengan aktifitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam
mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam menfasilitasi agar
terjadi proses mental dan emosional siswa sehingga dapat dicapai kemajuan
tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktifitas
belajar dengan cara memotivasi siswa, menfasilitasi belajar, mengorganisasi
kelas, mengembangkan bahan pembelajaran, menilai program-proses-hasil
pembelajaran dan memonitor aktfitas siswa. Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa kondisi pembelajaran dalam pendidikan formal harus mampu memaksimalkan
peluang bagi siswa untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar
menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang dipergunakan,
maka akan menurunkan kualitas pembelajaran. Dari beberapa pendapat tentang
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
b. Komponen Pembelajaran
Situasi yang memungkinkan terjadinya
kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat
berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran di tempat tertentu yang
telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan
dengan menggunakan metode atau media yang tepat, agar dapat diketahui
keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus
dievaluasi. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen.
1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencair, penerima
dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar dan peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif.
3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan perilaku
tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan efektif.
4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.
7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu
proses dan hasilnya. Evaluasi adalah dilakukan terhadap seluruh komponen
kegiatan belajar-mengajar sekaligus memberikan bahkan bagi setiap komponen
kegiatan belajar-mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar tersebut
saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada
tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.
8) Kurikulum dan silabus.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut,
maka pembelajaran sebagai sistem di dalamnya merupakan perpaduan beberapa
komponen pembelajaran, dimana komponen satu dengan yang lain dimanipulasikan
agar terjadi saling berhubungan, saling melengkapi dan saling bekerjasama dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan.
2. Hakikat Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan
dari istilah strategi pembelajaran, merode pembelajaran, atau prinsip
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu
yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (LPMP, 2007:12)
Menurut Joyce dan Weil dalam Soli
Abimanyu dkk ( 2008 : 4) Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Menurut Sri Sulistyorini (2007: 14) model pembelajaran
merupakan rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik yang
menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam
pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas
dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar. http//penddk.inyouge. com/modelpembelajaran.
Istilah model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada
model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa
bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.
Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa
menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur, prosedur pemecahan masalah,
dan berfikir kritis model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori
belajar konstruktivis, guru menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama diantara siswa. Maka guru harus menciptakan suasana kelas
yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
B. Hakikat Pembelajaran Kuantum
a. Pengertian Pembelajaran Kuantum
Kuantum adalah interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Pembelajaran Kuantum dengan demikian adalah Orkestrasi
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua
unsur yang menopang kesuksesan belajar harus di ramu menjadi sebuah akumulasi
yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup
unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. (Bobbi De Porter dan
Mark Reardon, 2005 : 5). Berbagai kecerdasan majemuk baik kecerdasan
linguistik, matematis, logis, spasial, kinetis, jasmani, musikal, interpesonal
dan naturalis harus bersinergi dalam meggerakkan belajar siswa. (Bobbi De
Porter dan Mark Reardon, 2005 : 6).
b. Karakteristik Pembelajaran Kuantum adalah:
1) Pembelajaran Kuantum berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Pembelajaran Kuantum bersifat humanintis manusia selalu
pembelajaran menjadi pusat perhatiannya, potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.
3) Pembelajaran Kuantum bersifat konstruktivitas, pembelajaran
Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan optimal yang memudahkan dalam mencapai
keberhasila ujuan pembelajaran. Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan,
menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri siswa dengan lingkungan
(fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
4) Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna. Pembelajaran Kuantum
memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi
yang bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan
bakat ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan
pembelajaran.
5) Pembelajaran Kuantum menekankan ke alamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, sehingga menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai,
menyenangkan.
6) Pembelajaran Kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,
landasan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan
belajar dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdaya dan
rancangan pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup.
7) Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup dan prestasi fikal atau
material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara
seimbang.
8) Pembelajaran Kuantum menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat
pembelajaran biasa langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. ( Bobbi De
Porter dan Mark Reardon, 2005: 6)
c. Prinsip pembelajaran Kuantum adalah
1 Prinsip utama
Bawalah
dunia mereka (pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita
(pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar).
2 Prinsip dasar
1) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran Kuantum
segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai mulai bahasa tubuh
pengajar, pinata ruang sampai sikap guru semuanya mengirim pesan tentang
pembelajaran.
2) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam
proses pembelajaran mempunyai tujuan.
3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses
pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan
demikian karena otak manusia yang selanya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada waktu
siswa melakukan langkah pembelajaran, mereka patut memperoleh pangkuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka, bahkan sekalipun siswa melakukan
kesalahan perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
5) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan
keberhasilannya. (Bobbi De Porter dan Henarchi, 2003 : 7 - 8).
Pembelajaran Kuantum mengingatkan guru
pada pentingnya memasuki dunia murid. Guru harus membangun jembatan autentik
memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan
full-contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian
manusia di antaranya pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh disamping pengetahuan,
sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian,
karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan
belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar atau diraih oleh guru. Hal ini
akan memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih
cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, menjadi dan memastikan terjadinya
pengalihan pengetahuan.
Lingkungan luar kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus
dan menyerap informasi. Peningkatan seperti halaman sekolah akan menampilkan
isi pelajaran secara visual. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan sangat berpengaruh pada kemampuan untuk mengajar lebih banyak dengan usaha
lebih sedikit.
C. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Dimyati dalam
Ranti (2007: 12) dalam http://one.indoskripsi.com adalah hasil proses belajar
di mana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam
pembelajaran adalah guru. Menurut Nana Sudjana ( 2005 : 3 ) hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran. Semua
perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan
suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi dan
situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan.
Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan tes dan evaluasi. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Untuk melakukan
evaluasi diperlukan adanya evaluasi yang objektif, menyeluruh dan
berkesinambungan. Dalam sistem pendidikan nasional rumuskan pendidikan, baik
tujuan kurikulum maupun tujuan instrasional menggunakan klasifikasi hasil
belajar dan Benjamin Bloom yang ranah kognitif, ranah efektif dan ranah
spikomotoris (Nana Sudjana, 2005: 22).
a. Aspek Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur
pemahaman konsep yang terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek
pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan
materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan
intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan
evaluasi. Klasifikasi tujuan kognitif oleh Bloom (1956) domain kognitif terdiri
atas enam bagian sebagai berikut:
1)
Ingatan/recall
Mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting
adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
2)
Pemahaman
Mengacu
kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
3)
Penerapan
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan,
prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari
pada pemahaman.
4)
Analisis
Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atau faktor penyebab dan mampu memahami hubungan di antara
bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga struktur dan aturannya dapat
lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih
tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
5)
Sintesis
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen,
sehingga membentuk suatu pola struktur dan bentuk baru. Aspek ini memerlukan
tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang
lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
6)
Evaluasi
Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan
berpikir yang tinggi.
b. Aspek Afektif
Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan
perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
Evaluasi aspek afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup
meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan
kecakapan akademis. Aspek ini belum ada patokan yang pasti dalam penilaiannya.
Klasifikasi tujuan afektif terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:
1) Penerimaan
Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuanm memperhatikan dan
memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat
hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2) Pemberian respon
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi
tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3) Penilaian
Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada
objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak,
atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
„sikap‟ dan „apresiasi‟.
4) Pengorganisasian
Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal membentuk
suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam
falsafah hidup.
5) Karakterisasi
Mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang dengan teratur sehingga, tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan
ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
c. Aspek Psikomotor
Pengukuran keberhasilan pada aspek
psikomotor ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat keterampilan
kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan
yang dimiliki oleh siswa bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai
teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa. Klasifikasi
tujuan psikomotor terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberikan
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui
latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk
tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi
dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat
urutan yang tepat dengan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal
diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
C. Hakikat IPA
Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang
gejala alam (Margono dkk, 1998 : 1)
IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso,
1998: 23) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/. Menurut Abdullah (1998: 18)
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara
yang satu dengan cara yang lain.
Selanjutnya science adalah continuing
effort to disciver and increase human knowledge and understanding though
disciplined research. Using controlled methods, scientist collect observable
evidence of natural or social phenomena, record measurable data relating to the
observations, and analize this information to contruct theoretical explanations
of how things work. The method of scientific research include the generation of
hypotheses about how phenomena work, and experimentation that tests these
hypotheses under controled conditions. Scientists are also expected to publish
their information so other scientists can do similar experments to double-check
their conclusions. The result of this prosses enable betther understanding of
past event, and better ability to perdict future event of the same kind as
those that have been tested ( Parkin, 1991) dalam
http://juhji-science-sd.blog.com/.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, kosenp-konsep, atau prinsip-prinsip
saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39)
IPA dikatakan dapat terjadi dari dua
unsur, hasil IPA dan cara kerja memperoleh hasil itu. Hasil produk IPA berupa
fakta-fakta seperti hukum-hukum, prinsip-prinsip, klasifikasi, struktur dan
lain sebagainya. Cara kerja memperoleh hasil itu disebut proses IPA. Dalam
proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir. Kemajuan IPA yang
pesat disebabkan oleh proses ini. Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan
sering berusaha mengambil suatu masalah yang memungkinkan usaha mencapai hasil
yang diharapkan. Sikap ini dikenal dengan sikap ilmiah. Pada hakikatnya, IPA
dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap.
Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan
dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling
terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung
ketiga dimensi IPA tersebut.
1) IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi
hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara
lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body
of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi lain IPA
yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses
mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk
dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.
Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis
digunakan.
2) IPA Sebagai Proses
Yang dimaksud dengan “proses” di sini
adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh
melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode
ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan
berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang
lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping
itu, pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu proses
penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3)
interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel; (7) merencanakan
dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; dan (10) komunikasi.
Jadi, pada hakikatnya, pada proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh
keterampilan dasar. Oleh karena itu, jenis-jenis keterampilan dasar yang
diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut juga “keterampilan proses”.
Untuk memahami sesuatu konsep, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru
memberi peluang pada siswa untuk memperoleh dan menemukan konsep melalui
pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan
membuat kesimpulan.
3) IPA Sebagai Pemupukan Sikap
Makna “sikap” pada pengajaran IPA SD/MI
dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Beberapa ciri
sikap ilmiah itu adalah:
1) Objektif terhadap fakta, artinya tidak dicampuri oleh perasaan
senang atau tidak senang.
2) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
menyokong kesimpulan itu.
3) Berhati terbuka, artinya mempertimbangkan pendapat atau penemuan
orang lain sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan dengan
penemuaannya sendiri.
4) Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat.
5) Bersifat hati-hati.
6) Ingin menyelidiki (Srini M. Iskandar 2001: 13 -14).
Ilmu pengetahuan alam merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan
konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah lain penyelidikan, penyusunan dan pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara
mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dapat membantu siswa untuk
memahami alam sekitar secara lebih mendalam. Dari pengertian di atas dapat
dipahami bahwa IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah.
D. Prinsip-prinsip pembelajaran IPA
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut siswa tidak hanya belajar dari buku, melainkan dituntut
untuk belajar mengembangkan kemampuan dirinya. Melatih keterampilan siswa untuk
berfikir secara kreatif dan inovatif merupakan latihan awal bagi siswa untuk
berfikir kritis untuk mengembangkan daya cipta dan mengembangkan minat dalam
diri siswa secara dini. Guru sebagai faktor penunjang keberhasilan pengajaran
IPA dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan bahan kepada siswa dengan
baik untuk itu guru perlu mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan
suatu bahan pengajaran atau metode apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran
IPA. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan yang dapat menumbuhkan kemampuan
berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah. Prinsip utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
yaitu:
1) Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui
pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi. 2) Pengetahuan yang
diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung karena itu perlu diungkap
selama proses pembelajaran. pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman
itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran. 3) Pemgetahuan pengalaman
mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuan,
pengetahuan yang kita miliki. Pengetahuan yang demikian kita sebut miskonsepsi.
kita perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama
pembelajaran. 4) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep,
lambang dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas kita sebagai guru IPA adalah
mengajar siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke
dalam fakta, data, konsep, simbol dan hubungan dengan konsep lain. 5) Ilmu
Pengetahuan Alam atas produk, proses dan prosedur. Karena itu kita perlu
mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih
senang menekankan pada produk Ilmu Pengetahuan Alam saja. (Leo Sutrisno, 2007 :
3 – 5)
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 43)
untuk mengajarkan IPA dikenal beberapa pendekatan, yakni (1) pendekatan kepada
fakta-fakta, (2) pendekatan konsep (3) dan pendekatan proses. Pembelajaran yang
menggunakan pendekatan fakta terutama bermaksud menyodorkan penemuan-penemuan
IPA. Pendekatan ini tidak mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang sifat
IPA. Selanjutnya konsep adalah suatu ide yang mengikat banyak fakta menjadi
satu. Untuk memahami suatu konsep, anak perlu bekerja dengan objek-objek yang
kongkret, memperoleh fakta-fakta, melakukan ekplorasi dan memanipulasi ide
secara mental, tidak sekedar menghafal. Oleh karena itu, pendekatan konsep
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang IPA dibandingkan dengan pendekatan
faktual. Kemudian suatu pendekatan proses dalam pembelajaran IPA didasarkan
atas pengamatan yang disebut sebagai keterampilan proses dalam IPA.
E. Ruang lingkup pembelajaran IPA Kelas VI
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu
Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar dalam (BSPN, 2006) meliputi aspek-aspek
berikut:
1)
Mahluk hidup dan proses
kehidupan, yaitu manusia,hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan,
serta kesehatan.
2)
Benda/materi, sifat-sifat
dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.
3)
Energi dan perubahannya
meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4)
Bumi dan alam semesta
meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan secara mata
pelajaran sejak kelas VI sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai kelas III
diberikan secara tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam penelitian ini
yang penulis kaji bahan kelas VI, maka di bawah ini penulis sampaikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI.
F.
Lingkungan
1. Pengertian Lingkungan
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun
tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan
abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman
sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah,
juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang
ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan
tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar. Seringkali
lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang
membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang
2. Lingkungan
Hidup
Secara
khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk
hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Unsur Hayati (Biotik)
a. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada
di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau
sesama manusia.
b. Unsur Sosial
Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu
lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai,
gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan
masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang
diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
c. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti
tanah, air, udara, iklim, dan
lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi
kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika
air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja
kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi
bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak
teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
3. Upaya
Pelestarian Lingkungan Hidup
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi
dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja,
melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula.
Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di
sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha
yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni
bagi generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan
adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan
ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering
disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan
materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kondisi awal siswa kelas VI
SD Negeri 4 Suranadi pasif dan kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Hal ini karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif
dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Pembelajaran lebih banyak
ceramah, menghafal tanpa memberi kesempatan siswa berlatih berfikir memecahkan
masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata
sehingga pembelajaran kurang bermakna yang mengakibatkan hasil belajar siswa
rendah.
Salah satu upaya meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah, perlu adanya penelitian yang
sifatnya lebih inovatif agar pembelajaran IPA lebih bisa dinikmati siswa dengan
penuh semangat agar siswa lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Model
pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran Kuantum. Pembelajaran Kuantum
adalah pembelajaran yang mengorganisasikan berbagai interaksi proses
pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan
hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti
memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan semangat belajar siswa,
penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami.
Pembelajaran Kuantum merupakan refleksi pentingnya guru mengelola proses
pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dan kreatif baik dari segi fisik,
mental dan emosional.
Dengan adanya pembelajaran yang bersifat
aktif, kreatif dan menyenangkan sebagaimana dituntut dalam pembelajaran
kuantum, maka siswa akan merasa mudah mempelajari IPA, karena belajar IPA itu
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan siswa akan meningkat dan nilai hasil
belajar IPA akan mencapai ketuntasan.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas
maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Jika pembelajaran IPA dilaksanakan dengan maksimal pada siswa kelas
VI SD Negeri 4 Suranadi menggunakan
model pembelajaran Kuantum maka hasil belajarnya akan meningkat.
2. Cara pelaksanaan pembelajaran Kuantum di kelas VI SDN 4 Suranadi dengan
menggunakan pendekatan Lingkungan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah
Dasar Negeri IV SDN 4 Suranadi Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.
Penentuan tempat penelitian ini karena mempertimbangkan kemudahan kerja sama
antara peneliti, pihak sekolah, dan objek yang diteliti serta penghematan waktu
dan biaya karena lokasi penelitian merupakan tempat peneliti mengajar.
Penelitian akan dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2015/2014 selama 5
bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai bulan Nopember 2015.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan siswa kelas
VI SDN 4 Suranadi Kecamatan Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat tahun ajaran 2015/2014, dengan jumlah siswa 30
siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Kelas VI
merupakan kelas dengan nilai IPA paling rendah dibandingkan kelas-kelas lain,
rata-rata motivasi yang rendah, kurang aktif sehingga kualitas hasil belajar
juga rendah. Di samping itu guru kelas VI dalam proses pembelajaran masih
menggunakan pembelajaran tradisional yang menekankan pada ceramah, hafalan dan
mengerjakan tugas. Hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Kuantum dalam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi classroom
action research metodologi penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan
Taggart. Kemmis dan Taggart dalam (Zainal Aqib,2006: 31) mengemukakan bahwa
penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral (the action research
spiral). Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi empat tahapan yang
saling terkait dan berkesinambungan.
Tahapan-tahapan ini adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanan
Peneliti dalam tahap perencanaan ini menyusun langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Merancang skenario pembelajaran IPA menggunakan model Pembelajaran
Kuantum.
2) Menyusun rencana pembelajaran tentang perkembangbiakan buatan
3) Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.
4) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
5) Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.
6) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dan perencanaan
yang dipersiapkan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran
Kuantum pada mata pelajaran IPA. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Tumbuhkan
Maknanya menumbuhkan minat siswa akan materi pelajaran yang akan
dipelajari sehingga siswa betul-betul merasa butuh akan bahasan perkembangbiakan
buatan
2)
Alami
Dengan kerja kelompok atau individual, siswa dibimbing untuk
mengalami sendiri bagaimana menciptakan konsep perkembangbiakan buatan
3)
Namai
Pada tahapan ini siswa melaporkan hasil pekerjaan. Guru menamai
hasil pekerjaan dan kesimpulan yang telah disampaikan siswa sehingga siswa
mendapatkan konsep, model perkembangbiakan.
4)
Demonstrasikan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
tentang materi perkembangbiakan dengan mendemonstrasikan hasil pekerjaan
didepan teman-temannya.
5)
Ulangi
Pada tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang konsep perkembangbiakan
sehingga siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara
individual.
6)
Rayakan
Setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum
ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk
mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA dan
praktik dengan menerapkan pembelajaran Kuantum. Observasi juga dilakukan
terhadap guru yang menerapkan pembelajaran Kuantum pada pembelajaran IPA. Tahap
ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan.
Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :
a) Penampilan
guru didepan kelas.
b) Cara
menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara
pengelolaan kelas.
d) Cara-cara
penggunaan alat-alat pelajaran.
e) Suara guru
dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru
menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang
diperlukan guru.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.
c) Peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep perkembangbiakan.
d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
e) Banyaknya siswa yang bertanya.
f) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi dan mendemostrasikan
pengetahuan yang telah di konstruksi.
g) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
h) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
i) Kerjasama dalam kelompok.
d. Tahapan
Analisis dan Refleksi
Tahap peneliti beserta teman sejawat
menganalisis kegiatan pembelajaran Kuantum yang dilakukan. Hasil analisis ini
yang akan menjadi kesimpulan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan
dan menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus berikutnya.
2. Rancangan Siklus 2
Pada rancangan siklus 2 ini tindakan
diambil dari hasil yang telah dicapai pada siklus 1 sebagai usaha perbaikan.
Langkah-langkah yang dilaksanakan peneliti dalam siklus kedua hampir sama
dengan siklus pertama.
a. Perencanaan Ulang
1) Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan pada
permasalahan yang muncul dari siklus I.
2) Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang perkembangbiakan,
perkembangbiakan buatan.
3) Merancang pembelajaran Kuantum.
4) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
5) Merancang tes siklus 2 dan kunci jawabannya.
6) Membuat lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan
pembelajaran Kuantum dengan skenario yang telah dibuat. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Tumbuhkan
Maknanya
menumbuhkan minat siswa akan materi pelajaran yang akan dipelajari sehingga
siswa betul-betul merasa butuh akan bahasan tentang perkembangbiakan
2) Alami
Pada
tahapan ini siswa melakukan kegiatan kerja kelompok atau individual, siswa
dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana menciptakan konsep tentang perkembangbiakan
3) Namai
Pada
tahapan ini siswa melaporkan hasil pekerjaan. Guru menamai hasil pekerjaan dan
kesimpulan yang telah disampaikan siswa sehingga siswa mendapatkan konsep,
tentang perkembangbiakan
4)
Demonstrasikan
Pada
tahapan ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
tentang materi perkembangbiakan dengan mendemonstrasikan hasil pekerjaan
didepan teman-temannya.
5) Ulangi
Pada
tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang konsep perkembangbiakan sehingga
siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara individual.
6) Rayakan
Pada
tahapan ini setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum
ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.
c. Observasi
Tahap ini dilakukan pada proses
pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin
yang telah ditetapkan dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :
a)
Penampilan guru didepan kelas.
b) Cara
menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara
pengelolaan kelas.
d)
Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.
e) Suara
guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara
guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu
yang diperlukan guru.
2) Indikator-indikator keberhasil siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Minat
dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
b)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.
c) Peningkatan kemampuan siswa memberi nama dengan istilah rumus
dan konsep.
d)
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
e)
Banyaknya siswa yang bertanya.
f) Peningkatan
kemampuan siswa berdiskusi dan mendemostrasikan pengetahuan yang telah di
konstruksi.
g)
Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
h)
Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
i)
Kerjasama dalam kelompok.
d. Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan tahap observasi serta pencapaian
indikator keberhasilan.
3. Rancangan Siklus 3
Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus 3 adalah :
a. Perencanaan Ulang
1) Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan pada
permasalahan yang muncul dari siklus 2.
2) Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang perkembangbiakan
3) Merancang pembelajaran Kuantum.
4) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
5) Merancang tes siklus 3 dan kunci jawabannya.
6) Membuat lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru hanya mengulangi apa
yang sudah diberikan pada siklus 2, guru memandu pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses. Selanjutnya diberikan pos tes untuk mengetahui
keberhasilan KBM pada pertemuan tersebut.
c. Observasi
Tahap ini dilakukan pada proses
pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada
poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :
a) Penampilan guru didepan kelas.
b) Cara menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara pengelolaan kelas.
d) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai
adalah:
a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.
c) Peningkatan kemampuan siswa memberi nama dengan istilah rumus
dan konsep.
d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
e) Banyaknya siswa yang bertanya.
f) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi dan mendemostrasikan
pengetahuan yang telah di konstruksi.
g) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
h) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
i) Kerjasama dalam kelompok.
d. Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan tahap observasi serta pencapaian
indikator keberhasilan. Hasil pengamatan pada pengamatan siklus 3 dikumpulkan
untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti dan observer. Hal tersebut
ditandai dengan perubahan sebagai berikut :
1) Pada saat pembelajaran siswa lebih aktif
2) Siswa tertarik mengikuti pembelajaran
3) Pembelajaran lebih bermakna
4) Siswa yang kurang jelas pada siklus kedua, pada siklus ketiga
lebih jelas dan paham.
5) Siswa antusias dalam proses pembelajaran.
6) Hasil belajar IPA siswa pada materi perkembangbiakan meningkat.
D. Sumber Data
Sumber data atau infomasi yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Sumber data primer (pokok), yaitu siswa kelas VI, guru kelas VI,
kepala sekolah atau pihak lain yang berhubungan.
2. Sumber data sekunder meliputi arsip atau dokumen, tes hasil
belajar, lembar observasi dan teks wawancara.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah masalah dalam
penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk
mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Dokumen
Peneliti mengumpulkan data-data tertulis yang berupa daftar nilai
formatif tentang nilai IPA siswa.
2. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 27) observasi adalah suatu
teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
mencatat secara sistematis.
Menurut Zaenal Arifin (1998 : 49)
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai fenomena-fenomena
yang diselidiki. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
pratisipan, dimana peneliti berperan aktif mengamati dan mengikuti semua
kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data mengenai partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan
untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola KBM.
G. Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau
obervasi diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpertasikan
kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif ( tes ) sebagai dasar untuk
mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Data
hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan hasil tes
antar siklus. Yang dianalisis adalah perubahan hasil belajar sebelum dan
sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak siklusnya. Selanjutnya
data hasil tes antarsiklus dibandingkan sehingga dapat mencapai batas
ketercapaian atau ketuntasan yang diharapkan. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis data model interaktif (Milles dan Hubberman, 2007 : 20) yang
terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data,
(3) penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen tersebut
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai
siklus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar